ANARKISME PUNK

Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Dan menurut saya pribadi "diadakannya peraturan itu untuk dilanggar"
prikitieeew......!!!

Bukan salah Negara atau salah anak Punk sendiri, karena hidup ini bukanlah untuk di kekang secara terus menerus.Bukan berarti anak Punk tidak bisa di atur tetapi bagaimana cara mengaturnya sendiri.
Memang sebagian anak Punk adalah anak yang benar-benar tidak bisa untuk diatur,tetapi tidak semua anak Punk seperti itu.
Itu yang harus di garis bawahi oleh masyarakat maupun Negara.
  
Gaya mereka terlihat agak seram, ditambah lagi dengan pakaian berwarna hitam-hitam, kumal dan lusuh yang membalut tubuh mereka. Masyarakat umum mengangap keberadaan komunitas punk jalanan sebagai sampah masyarakat, pembuat onar, tukang mabuk dan pelaku kriminal. Penilaian negatif ini terjadi, di karenakan masyarakat umum melihat anak punk jalanan dari dandanan dan gaya mereka. Pandangan, bahwa anak punk selalu melekat dengan obat-obatan terlarang, melakukan seks bebas dalam bermusik sudah melekat di masyarakat umum. Dilihat dari cara hidup punker yang menganut paham kebebasan.

Dengan mata yang terlihat memerah dan jalan agak sempoyongan, cap mereka sebagai pemabuk dan pengguna obat-obatan terlarang sangatlah kental. Apalagi dengan musik yang mereka gandrungi cenderung keras, mereka juga dilihat sebagai pelaku kekerasan dan kriminal di masyarakat.
 
Pukul 20.30,sepulang kerja. Rizal melewati kawasan PAM, tepatnya dekat dengan mini market ‘indomart’. Tempat yang dimana sering digunakan oleh para punkers, untuk duduk nongkrong bercengkrama dengan bermain dengan ukulele-nya. Rizal menyempatkan diri untuk mampir sebentar, dengan modal satu boks martabak Dia mencoba untuk mendekat dan menyapa mereka. Mereka menyambut Rizal dengan baik. 
Tidak terpikirkan, kalau punk jalanan juga mempunyai nilai-nilai saling menghargai kepada orang lain. Mereka cukup menghargai kedatangan saya.Saya mencoba memberikan satu boks martabak yang saya bawa kepada mereka, yang kebetulan mendapat rezeki lebih. “Bos, dibagi rata yah”—tutur saya, “Beres bang”, jawabnya. Anak itu pun membagikan satu-satu martabak kepada teman-temannya.
Tidak pernah terbesit oleh kita. Ternyata, para punker sangat menghargai kebersamaan dan kekeluargaan. Mereka bisa menghargai satu sama lain. Mereka mempunyai nilai-nilai yang dipegang secara teguh.

Terpikirkah sisi positif dari apa yang mereka punya? Ternyata mereka bisa lebih menghargai, mereka bisa lebih berbagi dan menerima. Kita bisa belajar dari nilai-nilai yang mereka pegang, bukan hanya melihat sisi negative dari sisi kehidupan punk yang belum tentu benar, karena kita belum mendalaminya. Karena anak-anak PUNK juga bagian dari kita dan mereka ada.
subscribe

Subscribe

Monitor continues to update the latest from This blog directly in your email!

oketrik

0 comments to ANARKISME PUNK :

Posting Komentar

 
Slank Songs Design by Trick and Tips Powered by Blogger